Kamis, 15 Oktober 2015

MAKALAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JERMAN DAN NASIB MUSLIM MASA KINI

MAKALAH
PERKEMBANGAN ISLAM DI JERMAN
DAN NASIB MUSLIM MASA KINI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu
Mata kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ulfah Rahmawati, M.Pd. I





Disusun Oleh:
1.             Zully Imayatul Ula                                 (1410310062)

 



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH/B
TAHUN 2015
 



KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Perkembangan Islam di Jerman dan nasib muslim masa kini”
Dengan penulisan makalah ini, kami selaku penulis selalu berusaha dan memohon kepada Allah SWT semoga makalah dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca serta dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca khususnya para mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan itu semata-mata karena keterbatasan penulis, baik dalam ilmu maupun pengetahuan, sehingga kami selaku penulis memohon maaf kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 20 Mei 2015

Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Jerman merupakan suatu negara berbentuk federasi yang terletak di Eropa Barat. Negara ini termasuk salah satu negara maju di dunia dengan kemajuan teknologi dan ekonomi yang mapan. Dengan luas 357.021 kilometer persegi (kira-kira dua setengah kali pulau Jawa) dan penduduk sekitar 82 juta jiwa, negara dengan 16 negara bagian ini menjadi anggota kunci organisasi Uni Eropa, penghubung transportasi barang dan jasa antarnegara sekawasan dan menjadi negara dengan penduduk imigran ketiga terbesar di dunia.
            Secara umum, mayoritas penduduk Jerman menganut agama Kristen,baik Potestan maupun Katholik. Kurang lebih 52 juta orang menganut agama kristiani, sekitar 4 juta orang beragama Islam, 235.000 penganut agama Buddha dan 106.000 penganut agama Yahudi. Islam di Jerman hanya sebagai minoritas yang menempati posisi kedua dalam urutan agama di Jerman.
            Kondisi keagamaan di negara ini begitu bebas,dan setiap penduduk bebas menentukan dan memilih kepercayaannya. Kebebasan beragama dijamin oleh Undang-undang Dasar Jerman pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiosen und weltanschen Bekenntnisses sind unverletzlich (Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup yang tidak boleh diganggu).[1]
1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam yang akan dibahas sebagai berikut:
1.    Bagaimana Sejarah Islam di Negara Jerman?
2.    Berapa Jumlah Penduduk Muslim di Jerman Saat Ini?
3.    Bagaimana Perkembangan muslim di Jerman?
4.    Bagaimana Nasib Muslim masa Kini di Jerman?
BAB II
PEMBAHASAN

2.      Sejarah Masuknya Islam di Jerman
              Islam di Jerman sudah dikenal sejak zaman pendudukan Kekhalifahan Islam di Spanyol. Pada saat itulah kekuasaan dan kemajuan dunia Islam disegani oleh bangsa-bangsa Eropa. Andalusia diajdikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dibawah kekhalifahan Islam. Dan Eropa mulai memasuki abad pertengahan yang disebut dengan zaman kegelapan (The Dark Age).
              Ekspansi dan kemajuan besar-besaran Kekhalifahan Islam baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan jauh melampaui bangsa Eropa. Pada zaman perang salib, peprangan terjadi antara kaum muslim dengan bangsa Eropa, terutama Prancis, Jerman, dan Inggris. Setelah perang salib berakhir toleransi agama dan kebudayaan pun berlangsung. Disaat itulah bangsa Eropa termasuk Jerman mulai mengenal lebih jauh tentang Islam.
              Sastrawan nomor satu di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah seorang seorang pengagum Nabi Muhammad SAW. Harian Republika pernah memuat biografi tentang Wolfgang von Goethe pada rubric dunia Islam. Dikatakan pula pada tulisan tersebut bahwa Wolfgang von Goethe memasukan ajaran Islam pada hasil karyanya. Tulisan basmallah pun menghiasi buku-buku yang dibuatnya. Pada akhir khayatnya beliau mengucapkan dua kalimat syahadat.
              Hubungan antara Jerman dan Islam terus berlanjut. Seperti yang terungkap pada harian Medan Waspada, bahwa pada tahun 1739, raja Friedrich Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di kota Postdam untuk tentaranya yang beragama Islam, mereka disebut dengan nama pasukan Muhammadaner. Mereka juga diberikan jaminan kebebasan beribadah.
              Pada Februari 1807 pasukan Muhammadaner membantu raja Wilhelm memerangi Napoleon dari Prancis. Bersama pasukan Jerman lainnya, mereka pun memerangi Rusia dan Polandia. Pada satu resimen bernama Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan 1320 tentara lainnya beragama Kristen. Pada zaman itu kaum muslim di Jerman selain menjadi tentara, mereka juga banyak yang menjadi pedagang, diplomat, ilmuan dan penulis.
              Pada saat perang Dunia I, Jerman kembali bersekutu dengan tentara muslim dari Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat komunitas muslim di Jerman bertambah banyak dan makin menguatkan ekstensinya. Pada tahun 1930 muncul banyak lembaga Muslim Jerman. Dan antara tahun 1933 sampai 1945 tercatat lebih dari 3000 warga Jerman yang beragama Islam, 300 diantaranya berdarah etnis Jerman.
              Namun, pada saat kepemimpinan Hilter pada perang dunia kedua, umat Islam terpecah-pecah. Kebebasan beribadah terancam. Sebagian umat Islam pergi melarikan diri ke negara Balkan. Namun hal itu tidak berlangsung lama, setelah perang dunia kedua berakhir dengan kekalahan besar yang didapatkan Jerman, hubungan antara Jerman dan umat Islam kembali terjalin . keberadaan Islam di Jerman meningkat pada tahun 1960-an. Hal ini dikarenakan Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja akibat hancurnya Jerman dalam perang dunia kedua.
              Para pekerja berdatangan dari Italia, Turki dan Eropa Timur untuk membangun Jerman kembali. Setelah kontrak mereka selesai, para pekerja ini menolak untuk pulang ke negara mereka, bahkan mereka mendatangkan keluarga-keluarganya untuk tinggal menetap di Jerman.
              Berlin menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar setelah Istanbul. Umat muslim dari Yugoslavia dan Iran pun berdatanagan dan menetapa di jerman. Hal-hal tersebut yang membuat jumlah penduduk yang beragama Islam di Jerman mencapai lebih dari dua juta jiwa pada awala tahun 1990.
              Belakangan warga Muslim dari Libanon, Palestina, Afganistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga datang ke Jerman mengungsi karena negara mereka dilanda perang. Karena merupakan negara maju, Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan. Banyak para profesional, pebisnis, pekerja dan mahasiswa Muslim dari India, Pakistan, dan Asia Tenggara datang dan sebagian menetap di sana.[2]
3.      Jumlah Penduduk Muslim di Jerman
              Jumlah penduduk Muslim di Jerman saat ini berkisar 3,7 juta jiwa. Mayoritas adalah keturunan Turki dengan jumlah lebih dari 2 juta orang. Menurut statistik tahun 1999, komposisi kaum Muslim di negeri ini adalah sebagai berikut:
 Turki 2.053.564, Bosnia 167.690, Iran 116.446, Marokko 81.450, Afghanistan 71.955, Libanon 54.063, Pakistan 36.924, Tunisia 26.396, Syiria 19.055, Aljazair 17.705, Irak 16.745, Mesir 13.455, Yordania 12.249, Albania 10.528,  Indonesia 9.470, Somalia 8.248, Banglades 7.156, Sudan 4.615, Malaysia 3.084, Senegal, 2.509, Gambia 2.371, Libya 1.898, Kirgistan 1.662, Azerbaijan 1.399, Guinea 1.287, Usbekistan 1.249, Yaman 1.083.
              Tidak jelas berapa jumlah Muslim yang berasal dari Jerman sendiri. Satu laporan dari Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman menyebutkan sedikitnya 18.000-an orang, namun ada dugaan menyebutkan sekitar 40.000 orang.[3]
4.      Perkembangan Muslim di Jerman
4.1 Pendidikan Muslim di Jerman Saat Ini
              Berbeda dengan kebanyakan negara-negara lain di Eropa, Jerman dalam perkembangan terakhir, mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah umum. Biasanya pelajaran agama dilakukan orang-orang Islam secara non-formal di mesjid-mesjid atau kelompok-kelompok masyarakat. Kebijakan baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan komunitas Muslim di Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses integrasi sosial Muslim di Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri Jerman, kebijakan tersebut dapat menjembatani perbedaan yang kerap timbul.
              Tidak hanya di level sekolah, pendidikan Islam juga mulai diperkenalkan pada tingkat akademik dengan membuka Jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan pada tingkat akademik ini dianggap dapat memberi solusi terhadap masalah kehidupan Muslim dalam keragaman dan juga dapat mengangkat isu partisipasi mereka dalam diskursus politik di negara tersebut.
              Karena tidak adanya infrastruktur keagamaan formal, mesjid-mesjid di Jerman memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan komunitas Muslim. Mesjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat pendidikan/pengajaran, pertemuan sosial keagamaan, acara perkawinan, dan pusat bisnis. Karenanya tidak sedikit mesjid yang memiliki toko, restoran, perpustakaan, dan ruang pertemuan. Saat ini jumlah mesjid di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam bentuknya yang umum, melainkan ruko-ruko yang berada dekat pusat bisnis dan perumahan kaum Muslim. Tuntutan kaum Muslimin untuk membangun mesjid dalam bentuknya yang umum selalu kandas di tingkat parlemen setempat. Namun sejak tahun 1990-an, banyak mesjid yang utuh dan megah di bangun. Satu laporan menyebut sekitar 200 telah terbangun dan lebih dari 30 dalam proses pembangunan.[4]
4.2 Peran muslim di Jerman dalam bidang Politik
              Seperti kaum Muslimin lainnya yang tinggal di negara-negara non-Muslim, mereka kerap menjadi target kecurigaan, diskriminasi dan prasangka buruk. Bagi Muslim Jerman, perlakuan semacam itu justeru mendorong mereka untuk lebih aktif lagi bersosialisasi di tengah masyarakat Jerman dan berpartisipasi di berbagai aspek kehidupan mulai dari sosial hingga politik. Muslim Jerman meyakini hanya dengan berperan aktif di tengah masyarakat, mereka bisa sedikit demi sedikit mengikis diskriminasi dan prasangka buruk terhadap Islam dan umat Islam.
              Laporan Federal Office for Migration and Refugees tahun 2009 menyebutkan, dipekirakan jumlah Muslim di Jerman saat ini mencapai empat juta orang. Dari jumlah itu, sekitar 500 ribu orang merupakan sumber potensial untuk ikut dalam pemilu lokal di Jerman yang akan digelar tahun ini. Belakangan, partisipasi Muslim Jerman di panggung politik meningkat meski pemerintah Jerman memperketat aturan naturalisasi dan undang-undang tentang kewarganegaraan bagi para imigran.
              Dengan jumlah yang cukup besar, sulit bagi partai-partai politik yang ada di Jerman untuk mengabaikan suara dari kalangan Muslim, terutama menjelang pemilu lokal. Meski ada juga partai-partai politik yang justeru menggunakan strategi menyerang keberadaan warga Muslim di Jerman untuk mendapatkan dukungan suara dari masyarakat.
              Di kalangan kaum Muslimin Jerman sendiri sudah menjadi tradisi untuk memberikan suaranya pada Partai Hijau atau Partai Sosial Demokrat di setiap pelaksanaan pemilu. Walaupun pilihan-pilihan itu tetap dilematis bagi warga Muslim karena ada partai yang disatu sisi menentang perang tapi di sisi lain partai itu mendukung kebijakan-kebijakan yang anti-Muslim atau sebaliknya.
              Dengan aktifnya warga Muslim dalam perpolitikan di Jerman, diharapkan keterwakilan warga Muslim di pemerintahan, paling tidak di tingkat lokal, bisa terpenuhi. Kurangnya keterwakilan para imigran Muslim di Jerman menjadi salah satu kendala bagi kepentingan-kepentingan yang terkait umat Islam di negeri itu. Saat ini, dari sekitar 18 juta imigran yang ada di Jerman, cuma 11 orang yang duduk di parlemen Jerman dengan latar belakang imigran.
              Partai Bündnis für Frieden und Fairness (Aliansi untuk Perdamaian dan Kesetaraan-BFF) yang berbasis di Jerman, menjadi satu-satunya alianasi yang dibangun oleh para imigran untuk mewujudkan partisipasi mereka dalam bidang politik. Alinasi ini berhasil mendapatkan dua kursi di dewan kota Bonn yang diisi oleh dua orang Muslim Jerman.
              Suka tidak suka, peran serta dan kontribusi kaum Muslim di Jerman telah memberikan warna dan alternatif pilihan di panggung politik negeri itu. Apalagi BFF membuka diri bagi mereka yang non-Muslim, meski cikal bakal dari berdirinya aliansi itu adalah terbentuknya Dewan Muslim di Bonn. [5]
5.      Nasib Muslim Masa Kini di Jerman
               Perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak memberi dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam oleh masyarakat Jerman sendiri menunjukkan agama ini memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kehidupan mereka. Islam tidak lagi diidentikkan sebagai agama para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri. Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal sebagai “Euro Islam”.
Belakangan terdapat beberapa kasus dimana warga Muslim mendapat diskriminasi di Jerman misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal ini bukanlah kasus yang fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman terhadap umat Islam. Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan beragama. Sebuah survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer menunjukkan bahwa dua pertiga peserta polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama mereka.[6]
Belum lama ini juga, Muslim Jerman diguncang dengan kasus pembunuhan terhadap Marwa El-Sharbini yang memicu makin kuatnya tekanan sosial terhadap kaum Muslimin di negeri itu. Namun kasus ini pula yang memperkuat persatuan umat Islam di Jerman dengan cara menggalang petisi kaum Muslimin dari seluruh Jerman yang ditujukan pada Kanselir Angela Merkel yang berisi tuntutan agar pemerintah Jerman menunjukkan komitmennya terhadap eksistensi warga Muslim di negeri itu.
Menanggapi petisi yang dibuat kaum Muslimin Jerman, dalam sebuah pidatonya Merkel menyerukan agar masyarakat Jerman menghormati wrga Muslim dan tatacara berpakaian para muslimah. Seruan itu terutama ditujukan pada sekolah-sekolah publik di Jerman yang kerap meributkan masalah jilbab.[7]
Dari sumber internet penulis juga menemukan pengalaman pribadi seorang muslimah yang menjadi pekerja di negara Jerman.[8] Di Jerman muslim merupakan kaum minoritas, banyak orang yang memandang dengan penampilan berbeda ataupun mengomentari. Namun apabila di jalan bertemu sesama muslim justru mereka mengucapkan salam kepada muslimah tersebut, dan tak segan-segan untuk berkenalan antar sesamanya.
Mengenai makanan, Seperti kita tahu bahwa kaum muslim dikharamkan makan makanan yang berasal dari daging babi, ataupun produk-produk dari babi. Pengalaman muslimah tersebut cara mengatasinya adalah membaca terlebih dahulu komposisi yang berada pada label produk di supermarket, atau mencari produk dengan label halal di supermarket umum di Jerman. Namun bila memang tedesak, tak kadang muslimah tersebut juga hanya membeli jenis makanan yang mengandung vegetarian (sayuran).
Untuk sholat, itu bukan halangan. Perbedaan waktu Jerman, terutama pada saat musim panas atau Sommer, dimana pada saat itu matahari bersinar sangat lama, bahkan adzan maghrib dimulai pukul 21.30, waktu Jerman. Untuk mengecek waktu sholat, biasanya mencari informasi bulanan di Islamic Finder. Di situs itu hanya memasukkan nama kota, dimana tempat tinggal. Atau bisa juga mendownload applikasi di Ios atau Android. Dan warga Jerman disana juga sangat tolerir terhadap keberagamaan, yakni membolehkan untuk melakukan sholat.
Untuk Puasa di Jerman, bulan Ramadhan jatuh pada musim panas, dimana matahari bersinar lebih lama dan adzan maghrib berkumandang pukul 21.30. Adzan subuh berkumandang sekitar pukul 03.00, Jadi makan sahur sekitar pukul 02.00. Kemudian menjadi cobaan di sana adalah, waktu isya yaitu sekitar pukul 23.00 hingga 23.30. Banyak muslim disana yang tidak melaksanakan sholat tarawih, karena sudah terlalu malam. Dalam Hari Raya Idul Fitri (Lebaran), muslimah tersebut disana hanya merayakan lebaran dengan pergi ke Masjid Islam di Frankfurt, karena jauh dengan sanak keluarganya.
 Dan yang terakhir muslimah tersebut juga memaparkan bahwa muslim disana tidak terdapat diskriminasi, warga jerman sangan toleransi terhadap perbedaan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa banyak orang asing yang tinggal di negara Jerman, dengan agama yang beragam. Dan yang lebih meyakinkan lagi, adanya pernyataan dari Kanselir jerman Angela Merkel baru-baru ini yang menyatakan bahwa Islam itu merupakan bagian dari Jerman.








BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Islam di Jerman memang hanya sebagai minoritas, namun dari pengalaman muslimah tersebut jelas bahwa warga Jerman itu sangat toleransi, terutama dalam hal beragama. Tidak terdapat diskriminasi antar muslim dengan non muslim di Jerman, meskipun ada sedikit warga Jerman yang mengomentari gaya berbusana. Namun hal tersebut tidak menjadi hal yang serius. Bahkan dalam Undang-Undang Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman menjelaskan bahwa kebebasan dalam beragama, dan pernyataan dari Kanselir jerman juga menyatakan bahwa Islam itu bagian dari Jerman.
3.2 Kritik dan Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini. Meskipun penulisan ini jauh dari sempurna tapi minimal penulis telah  mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis butuh saran dan kritikan demi kesempurnaan makalah ini dan bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada sebelumnya.


           







DAFTAR PUSTAKA

Gigih Erlangga, Persebaran Agama di Jerman. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/97195672/Persebaran-Agama-Di-Jerman (pada hari jumat, 15 Mei 2015)
Ismail. 2010. Sejarah Masuknya Islam ke Negara Jerman. Diakses dari https://ismailkaempfer.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-masuknya-islam-ke-negara-jerman/ (pada hari jumat, 15 Mei 2015)
Fuad, Zainul. Perkembangan Islam di Jerman, diakses dari https://zainulfuad.wordpress.com/artikel/perkembangan-islam-di-jerman/(pada hari jumat, 15 Mei 2015)
Magdalena. 2009. Islam Elemen Penting Sejarah Jerman. Diakses dari http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/kiprah-kaum-muslimin-di-panggung-politik-jerman.htm#.VVf5OOaUfzM (pada hariJumat, 15 Mei 2015)
              Hasanah, Riesta Palupi. Kehidupan Aupair Berjilbab di Jerman, dalam http://infoaupair.com/kehidupan-aupair-berjilbab-di-jerman/ (pada hari rabu, 20 Mei 2015)










[1] Gigih Erlangga, Persebaran Agama di Jerman, dalam   http://www.scribd.com/doc/97195672/Persebaran-Agama-Di-Jerman
[2]               Ismail, 2010, Sejarah masuknya Islam di Jerman, dalam https://ismailkaempfer.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-masuknya-islam-ke-negara-jerman/
[3]    Dr. Phil. H. Zainul Fuad, M.A, Artikel Perkembangan Islam di Jerman, dalam https://zainulfuad.wordpress.com/artikel/perkembangan-islam-di-jerman/

[4] Ibid. Phil. H. Zainul Fuad, M.A
[5]               Magdalena, 2009, Islam Elemen Penting sejarah Jerman, dalam http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/kiprah-kaum-muslimin-di-panggung-politik-jerman.htm#.VVf5OOaUfzM
[6] Op. Cit, Zainul Fuad
[7]       Op. Cit, Magdalena

[8] Riesta Palupi Hasanah, Kehidupan Aupair Berjilbab di Jerman, dalam http://infoaupair.com/kehidupan-aupair-berjilbab-di-jerman/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar