MAKALAH
PERKEMBANGAN
ISLAM DI JERMAN
DAN
NASIB MUSLIM MASA KINI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu
Mata kuliah :
Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu
: Ulfah Rahmawati, M.Pd. I
Disusun Oleh:
1.
Zully Imayatul Ula (1410310062)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH/B
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Perkembangan Islam di Jerman dan nasib muslim
masa kini”
Dengan penulisan makalah ini, kami selaku
penulis selalu berusaha dan memohon kepada Allah SWT semoga makalah dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca serta dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca khususnya para mahasiswa Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan dan itu semata-mata karena keterbatasan penulis,
baik dalam ilmu maupun pengetahuan, sehingga kami selaku penulis memohon maaf
kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kudus, 20 Mei 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jerman
merupakan suatu negara berbentuk federasi yang terletak di Eropa Barat. Negara
ini termasuk salah satu negara maju di dunia dengan kemajuan teknologi dan
ekonomi yang mapan. Dengan luas 357.021 kilometer persegi (kira-kira
dua setengah kali pulau Jawa) dan penduduk sekitar 82
juta jiwa, negara dengan 16 negara bagian ini
menjadi anggota kunci organisasi Uni Eropa, penghubung transportasi barang dan
jasa antarnegara sekawasan dan menjadi negara dengan penduduk imigran ketiga
terbesar di dunia.
Secara
umum, mayoritas penduduk Jerman menganut agama Kristen,baik Potestan maupun
Katholik. Kurang lebih 52 juta orang menganut agama kristiani, sekitar 4 juta
orang beragama Islam, 235.000 penganut agama Buddha dan 106.000 penganut agama
Yahudi. Islam di Jerman hanya sebagai minoritas yang menempati posisi kedua
dalam urutan agama di Jerman.
Kondisi
keagamaan di negara ini begitu bebas,dan setiap penduduk bebas menentukan dan
memilih kepercayaannya. Kebebasan beragama dijamin oleh Undang-undang Dasar
Jerman pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des
Gewissens und die Freiheit des religiosen und weltanschen Bekenntnisses sind
unverletzlich (Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup
yang tidak boleh diganggu).[1]
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam yang akan dibahas sebagai berikut:
1.
Bagaimana
Sejarah Islam di Negara Jerman?
2.
Berapa
Jumlah Penduduk Muslim di Jerman Saat Ini?
3.
Bagaimana
Perkembangan muslim di Jerman?
4.
Bagaimana
Nasib Muslim masa Kini di Jerman?
BAB II
PEMBAHASAN
2.
Sejarah
Masuknya Islam di Jerman
Islam
di Jerman sudah dikenal sejak zaman pendudukan Kekhalifahan Islam di Spanyol.
Pada saat itulah kekuasaan dan kemajuan dunia Islam disegani oleh bangsa-bangsa
Eropa. Andalusia diajdikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dibawah
kekhalifahan Islam. Dan Eropa mulai memasuki abad pertengahan yang disebut
dengan zaman kegelapan (The Dark Age).
Ekspansi dan kemajuan
besar-besaran Kekhalifahan Islam baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya,
dan ilmu pengetahuan jauh melampaui bangsa Eropa. Pada zaman perang salib,
peprangan terjadi antara kaum muslim dengan bangsa Eropa, terutama Prancis,
Jerman, dan Inggris. Setelah perang salib berakhir toleransi agama dan
kebudayaan pun berlangsung. Disaat itulah bangsa Eropa termasuk Jerman mulai
mengenal lebih jauh tentang Islam.
Sastrawan
nomor satu di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah seorang seorang pengagum Nabi
Muhammad SAW. Harian Republika pernah memuat biografi tentang Wolfgang von
Goethe pada rubric dunia Islam. Dikatakan pula pada tulisan tersebut bahwa
Wolfgang von Goethe memasukan ajaran Islam pada hasil karyanya. Tulisan
basmallah pun menghiasi buku-buku yang dibuatnya. Pada akhir khayatnya beliau
mengucapkan dua kalimat syahadat.
Hubungan
antara Jerman dan Islam terus berlanjut. Seperti yang terungkap pada harian
Medan Waspada, bahwa pada tahun 1739, raja Friedrich Wilhelm I mendirikan
sebuah masjid di kota Postdam untuk tentaranya yang beragama Islam, mereka
disebut dengan nama pasukan Muhammadaner. Mereka juga diberikan jaminan
kebebasan beribadah.
Pada
Februari 1807 pasukan Muhammadaner membantu raja Wilhelm memerangi Napoleon
dari Prancis. Bersama pasukan Jerman lainnya, mereka pun memerangi Rusia dan
Polandia. Pada satu resimen bernama Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan
1320 tentara lainnya beragama Kristen. Pada zaman itu kaum muslim di Jerman
selain menjadi tentara, mereka juga banyak yang menjadi pedagang, diplomat,
ilmuan dan penulis.
Pada
saat perang Dunia I, Jerman kembali bersekutu dengan tentara muslim dari
Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat komunitas muslim di Jerman bertambah banyak
dan makin menguatkan ekstensinya. Pada tahun 1930 muncul banyak lembaga Muslim
Jerman. Dan antara tahun 1933 sampai 1945 tercatat lebih dari 3000 warga Jerman
yang beragama Islam, 300 diantaranya berdarah etnis Jerman.
Namun,
pada saat kepemimpinan Hilter pada perang dunia kedua, umat Islam
terpecah-pecah. Kebebasan beribadah terancam. Sebagian umat Islam pergi
melarikan diri ke negara Balkan. Namun hal itu tidak berlangsung lama, setelah
perang dunia kedua berakhir dengan kekalahan besar yang didapatkan Jerman,
hubungan antara Jerman dan umat Islam kembali terjalin . keberadaan Islam di
Jerman meningkat pada tahun 1960-an. Hal ini dikarenakan Jerman membutuhkan
banyak tenaga kerja akibat hancurnya Jerman dalam perang dunia kedua.
Para
pekerja berdatangan dari Italia, Turki dan Eropa Timur untuk membangun Jerman
kembali. Setelah kontrak mereka selesai, para pekerja ini menolak untuk pulang
ke negara mereka, bahkan mereka mendatangkan keluarga-keluarganya untuk tinggal
menetap di Jerman.
Berlin
menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar setelah Istanbul. Umat
muslim dari Yugoslavia dan Iran pun berdatanagan dan menetapa di jerman.
Hal-hal tersebut yang membuat jumlah penduduk yang beragama Islam di Jerman
mencapai lebih dari dua juta jiwa pada awala tahun 1990.
Belakangan warga Muslim dari
Libanon, Palestina, Afganistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga datang ke
Jerman mengungsi karena negara mereka dilanda perang. Karena merupakan negara
maju, Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan. Banyak para
profesional, pebisnis, pekerja dan mahasiswa Muslim dari India, Pakistan, dan
Asia Tenggara datang dan sebagian menetap di sana.[2]
3.
Jumlah Penduduk Muslim di Jerman
Jumlah penduduk
Muslim di Jerman saat ini berkisar 3,7 juta jiwa. Mayoritas adalah keturunan
Turki dengan jumlah lebih dari 2 juta orang. Menurut statistik tahun 1999,
komposisi kaum Muslim di negeri ini adalah sebagai berikut:
Turki 2.053.564, Bosnia
167.690, Iran 116.446, Marokko 81.450, Afghanistan 71.955, Libanon 54.063,
Pakistan 36.924, Tunisia 26.396, Syiria 19.055, Aljazair 17.705, Irak 16.745,
Mesir 13.455, Yordania 12.249, Albania 10.528, Indonesia 9.470, Somalia
8.248, Banglades 7.156, Sudan 4.615, Malaysia 3.084, Senegal, 2.509, Gambia
2.371, Libya 1.898, Kirgistan 1.662, Azerbaijan 1.399, Guinea 1.287, Usbekistan
1.249, Yaman 1.083.
Tidak jelas
berapa jumlah Muslim yang berasal dari Jerman sendiri. Satu laporan dari
Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman menyebutkan sedikitnya 18.000-an
orang, namun ada dugaan menyebutkan sekitar 40.000 orang.[3]
4.
Perkembangan Muslim di Jerman
4.1 Pendidikan Muslim di Jerman Saat
Ini
Berbeda dengan
kebanyakan negara-negara lain di Eropa, Jerman dalam perkembangan terakhir,
mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim di
sekolah-sekolah umum. Biasanya pelajaran agama dilakukan orang-orang Islam
secara non-formal di mesjid-mesjid atau kelompok-kelompok masyarakat. Kebijakan
baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan
komunitas Muslim di Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses
integrasi sosial Muslim di Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam
Negeri Jerman, kebijakan tersebut dapat menjembatani perbedaan yang kerap
timbul.
Tidak hanya di level sekolah, pendidikan Islam juga mulai
diperkenalkan pada tingkat akademik dengan membuka Jurusan Teologi Islam di
perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan pada tingkat akademik ini dianggap dapat
memberi solusi terhadap masalah kehidupan Muslim dalam keragaman dan juga dapat
mengangkat isu partisipasi mereka dalam diskursus politik di negara tersebut.
Karena tidak adanya infrastruktur keagamaan formal,
mesjid-mesjid di Jerman memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan
komunitas Muslim. Mesjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga
sebagai tempat pendidikan/pengajaran, pertemuan sosial keagamaan, acara
perkawinan, dan pusat bisnis. Karenanya tidak sedikit mesjid yang memiliki
toko, restoran, perpustakaan, dan ruang pertemuan. Saat ini jumlah mesjid di
Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam bentuknya yang umum,
melainkan ruko-ruko yang berada dekat pusat bisnis dan perumahan kaum Muslim. Tuntutan
kaum Muslimin untuk membangun mesjid dalam bentuknya yang umum selalu kandas di
tingkat parlemen setempat. Namun sejak tahun 1990-an, banyak mesjid yang utuh
dan megah di bangun. Satu laporan menyebut sekitar 200 telah terbangun dan
lebih dari 30 dalam proses pembangunan.[4]
4.2 Peran muslim di Jerman dalam bidang Politik
Seperti kaum
Muslimin lainnya yang tinggal di negara-negara non-Muslim, mereka kerap menjadi
target kecurigaan, diskriminasi dan prasangka buruk. Bagi Muslim Jerman,
perlakuan semacam itu justeru mendorong mereka untuk lebih aktif lagi
bersosialisasi di tengah masyarakat Jerman dan berpartisipasi di berbagai aspek
kehidupan mulai dari sosial hingga politik. Muslim Jerman meyakini hanya dengan
berperan aktif di tengah masyarakat, mereka bisa sedikit demi sedikit mengikis
diskriminasi dan prasangka buruk terhadap Islam dan umat Islam.
Laporan Federal
Office for Migration and Refugees tahun 2009 menyebutkan, dipekirakan jumlah
Muslim di Jerman saat ini mencapai empat juta orang. Dari jumlah itu, sekitar
500 ribu orang merupakan sumber potensial untuk ikut dalam pemilu lokal di
Jerman yang akan digelar tahun ini. Belakangan, partisipasi Muslim Jerman di
panggung politik meningkat meski pemerintah Jerman memperketat aturan
naturalisasi dan undang-undang tentang kewarganegaraan bagi para imigran.
Dengan jumlah
yang cukup besar, sulit bagi partai-partai politik yang ada di Jerman untuk
mengabaikan suara dari kalangan Muslim, terutama menjelang pemilu lokal. Meski
ada juga partai-partai politik yang justeru menggunakan strategi menyerang
keberadaan warga Muslim di Jerman untuk mendapatkan dukungan suara dari
masyarakat.
Di kalangan kaum
Muslimin Jerman sendiri sudah menjadi tradisi untuk memberikan suaranya pada
Partai Hijau atau Partai Sosial Demokrat di setiap pelaksanaan pemilu. Walaupun
pilihan-pilihan itu tetap dilematis bagi warga Muslim karena ada partai yang
disatu sisi menentang perang tapi di sisi lain partai itu mendukung
kebijakan-kebijakan yang anti-Muslim atau sebaliknya.
Dengan aktifnya
warga Muslim dalam perpolitikan di Jerman, diharapkan keterwakilan warga Muslim
di pemerintahan, paling tidak di tingkat lokal, bisa terpenuhi. Kurangnya
keterwakilan para imigran Muslim di Jerman menjadi salah satu kendala bagi
kepentingan-kepentingan yang terkait umat Islam di negeri itu. Saat ini, dari
sekitar 18 juta imigran yang ada di Jerman, cuma 11 orang yang duduk di
parlemen Jerman dengan latar belakang imigran.
Partai Bündnis
für Frieden und Fairness (Aliansi untuk Perdamaian dan Kesetaraan-BFF) yang
berbasis di Jerman, menjadi satu-satunya alianasi yang dibangun oleh para
imigran untuk mewujudkan partisipasi mereka dalam bidang politik. Alinasi ini
berhasil mendapatkan dua kursi di dewan kota Bonn yang diisi oleh dua orang
Muslim Jerman.
Suka tidak suka,
peran serta dan kontribusi kaum Muslim di Jerman telah memberikan warna dan
alternatif pilihan di panggung politik negeri itu. Apalagi BFF membuka diri
bagi mereka yang non-Muslim, meski cikal bakal dari berdirinya aliansi itu adalah
terbentuknya Dewan Muslim di Bonn. [5]
5.
Nasib Muslim Masa Kini di Jerman
Perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak memberi
dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam oleh
masyarakat Jerman sendiri menunjukkan agama ini memberikan alternatif bagi
pemecahan masalah kehidupan mereka. Islam tidak lagi diidentikkan sebagai agama
para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri.
Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal
sebagai “Euro Islam”.
Belakangan terdapat beberapa kasus dimana warga
Muslim mendapat diskriminasi di Jerman misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal
ini bukanlah kasus yang fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman
terhadap umat Islam. Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan
beragama. Sebuah survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad
Adenauer menunjukkan bahwa dua pertiga peserta polling percaya
bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama
mereka.[6]
Belum
lama ini juga, Muslim Jerman diguncang dengan kasus pembunuhan terhadap Marwa
El-Sharbini yang memicu makin kuatnya tekanan sosial terhadap kaum Muslimin di
negeri itu. Namun kasus ini pula yang memperkuat persatuan umat Islam di Jerman
dengan cara menggalang petisi kaum Muslimin dari seluruh Jerman yang ditujukan
pada Kanselir Angela Merkel yang berisi tuntutan agar pemerintah Jerman
menunjukkan komitmennya terhadap eksistensi warga Muslim di negeri itu.
Menanggapi
petisi yang dibuat kaum Muslimin Jerman, dalam sebuah pidatonya Merkel
menyerukan agar masyarakat Jerman menghormati wrga Muslim dan tatacara
berpakaian para muslimah. Seruan itu terutama ditujukan pada sekolah-sekolah
publik di Jerman yang kerap meributkan masalah jilbab.[7]
Dari
sumber internet penulis juga menemukan pengalaman pribadi seorang muslimah yang
menjadi pekerja di negara Jerman.[8] Di
Jerman muslim merupakan kaum minoritas, banyak orang yang memandang dengan
penampilan berbeda ataupun mengomentari. Namun apabila di jalan bertemu sesama
muslim justru mereka mengucapkan salam kepada muslimah tersebut, dan tak
segan-segan untuk berkenalan antar sesamanya.
Mengenai
makanan, Seperti kita tahu bahwa kaum muslim dikharamkan makan makanan yang
berasal dari daging babi, ataupun produk-produk dari babi. Pengalaman muslimah
tersebut cara mengatasinya adalah membaca terlebih dahulu komposisi yang berada
pada label produk di supermarket, atau mencari produk dengan label halal di
supermarket umum di Jerman. Namun bila memang tedesak, tak kadang muslimah
tersebut juga hanya membeli jenis makanan yang mengandung vegetarian (sayuran).
Untuk sholat, itu bukan halangan. Perbedaan waktu
Jerman, terutama pada saat musim panas atau Sommer, dimana pada saat itu
matahari bersinar sangat lama, bahkan adzan maghrib dimulai pukul 21.30, waktu
Jerman. Untuk mengecek waktu sholat, biasanya mencari informasi bulanan di Islamic Finder. Di situs itu
hanya memasukkan nama kota, dimana tempat tinggal. Atau bisa juga mendownload
applikasi di Ios atau Android. Dan warga Jerman disana juga sangat tolerir
terhadap keberagamaan, yakni membolehkan untuk melakukan sholat.
Untuk Puasa di Jerman, bulan Ramadhan jatuh
pada musim panas, dimana matahari bersinar lebih lama dan adzan maghrib
berkumandang pukul 21.30. Adzan subuh berkumandang sekitar pukul 03.00, Jadi makan
sahur sekitar pukul 02.00. Kemudian menjadi cobaan di sana adalah, waktu isya
yaitu sekitar pukul 23.00 hingga 23.30. Banyak muslim disana yang tidak
melaksanakan sholat tarawih, karena sudah terlalu malam. Dalam Hari Raya Idul
Fitri (Lebaran), muslimah tersebut disana hanya merayakan lebaran dengan pergi ke Masjid Islam di Frankfurt, karena jauh dengan
sanak keluarganya.
Dan yang
terakhir muslimah tersebut juga memaparkan bahwa muslim disana tidak terdapat
diskriminasi, warga jerman sangan toleransi terhadap perbedaan. Hal ini dapat
dibuktikan bahwa banyak orang asing yang tinggal di negara Jerman, dengan agama
yang beragam. Dan yang lebih meyakinkan lagi, adanya pernyataan dari Kanselir
jerman Angela Merkel baru-baru ini yang menyatakan bahwa Islam itu merupakan
bagian dari Jerman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam di Jerman memang hanya sebagai minoritas, namun dari pengalaman muslimah tersebut jelas bahwa warga Jerman itu
sangat toleransi, terutama dalam hal beragama. Tidak terdapat diskriminasi antar
muslim dengan non muslim di Jerman, meskipun ada sedikit warga Jerman yang
mengomentari gaya berbusana. Namun hal tersebut tidak menjadi hal yang serius.
Bahkan dalam Undang-Undang Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman
menjelaskan bahwa kebebasan dalam beragama, dan pernyataan dari Kanselir jerman juga menyatakan bahwa
Islam itu bagian dari Jerman.
3.2 Kritik dan Saran
Mungkin
inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini. Meskipun penulisan ini jauh dari sempurna tapi
minimal penulis telah mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak
kesalahan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis butuh saran dan
kritikan demi kesempurnaan makalah ini dan bisa menjadi motivasi untuk masa
depan yang lebih baik daripada sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gigih Erlangga, Persebaran Agama di Jerman. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/97195672/Persebaran-Agama-Di-Jerman (pada hari jumat, 15 Mei 2015)
Ismail.
2010. Sejarah Masuknya Islam ke Negara Jerman. Diakses dari https://ismailkaempfer.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-masuknya-islam-ke-negara-jerman/ (pada hari jumat, 15 Mei 2015)
Fuad, Zainul. Perkembangan Islam di Jerman, diakses dari https://zainulfuad.wordpress.com/artikel/perkembangan-islam-di-jerman/(pada hari jumat, 15 Mei 2015)
Magdalena.
2009. Islam Elemen Penting Sejarah Jerman. Diakses dari http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/kiprah-kaum-muslimin-di-panggung-politik-jerman.htm#.VVf5OOaUfzM (pada hariJumat, 15 Mei 2015)
Hasanah, Riesta Palupi. Kehidupan
Aupair Berjilbab di Jerman, dalam http://infoaupair.com/kehidupan-aupair-berjilbab-di-jerman/
(pada hari rabu, 20 Mei 2015)
[1] Gigih Erlangga, Persebaran Agama di Jerman, dalam http://www.scribd.com/doc/97195672/Persebaran-Agama-Di-Jerman
[2] Ismail, 2010, Sejarah
masuknya Islam di Jerman, dalam https://ismailkaempfer.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-masuknya-islam-ke-negara-jerman/
[3] Dr.
Phil. H. Zainul Fuad, M.A, Artikel Perkembangan Islam di Jerman, dalam https://zainulfuad.wordpress.com/artikel/perkembangan-islam-di-jerman/
[4] Ibid. Phil. H. Zainul Fuad, M.A
[5] Magdalena, 2009, Islam Elemen
Penting sejarah Jerman, dalam http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/kiprah-kaum-muslimin-di-panggung-politik-jerman.htm#.VVf5OOaUfzM
[6] Op. Cit,
Zainul Fuad
[7] Op. Cit, Magdalena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar